KEPITING BAKAU( Scylla Serata )

Foto Kepiting Bakau

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu sumber daya perikanan yang potensial untuk dikembangkan di kawasan mangrove, bernilai ekonomis tinggi dan rasa dagingnya enak sehingga sangat digemari oleh konsumen lokal maupun luarnegeri. Kepiting bakau hidup di daerah yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove dengan substrat berlumpur atau lumpur berpasir. Diperkirakan 2500 spesies kepiting dapat dijumpai di perairan Indonesia,dari total 4500 spesies yang terdapat di seluruh dunia. Menurut Risamasu et al (2014), Ada empat jenis kepiting yang umumnya dikonsumsi yakni S. serrata,S. tranquebarica, S. paramamosain, S. olilvacea. Jenis S.serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal.

            Sejak tahun 1980-an, kepiting bakau telah menjadi komoditas perikanan penting, mempunyai nilai ekonomis penting, dan memiliki harga yang tinggi baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri, antara lain di Asia (seperti Singapura, Thailand, Taiwan, Hongkong dan China) (Rusdi dan Hanafi, 2009), maupun di Amerika dan Eropa. Dalam perdagangan internasional jenis kepiting bakau dikenal sebagai Mud Crab atau bahasa Latinnya Scylla spp. Perkembangan usaha perdagangan kepiting bakau sampai saat ini terus meningkat karena peluang pasar ekspor yang terbuka luas (dengan lebih dari 10 negara konsumen), potensi lahan bakau yang merupakan habitat hidupnya cukup besar, pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat baik budidaya (pembenihan, pembesaran), maupun teknologi penangkapannya. Peluang pasar yang cukup besar dengan harga tinggi tersebut menyebabkan bisnis kepiting berkembang di banyak tempat di negara kita seperti di Kalimantan (Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara), Sulawesi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah), Jawa (Subang, Indramayu, Cilacap, Pemalang, Gresik, Sidoarjo), Sumatera (Riau, Jambi, Sumatera Utara, Lampung), Papua, Papua Barat dan lain-lain, dengan target pemasaran lokal maupun ekspor (antara lain Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia dan Prancis).

            Kepiting bakau, selain berperan dalam siklus rantai makanan, juga memainkan peranan ekologis larnnya. Lubang-Iubang yang digalinya selain berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan, juga berguna sebagai media untuk melewatkan oksigen agar dapat masuk ke bagian substrat yang lebih dalam, sebingga dapat memperbaiki kondisi anoksik dalam substrat hutan mangrove. Ekosistem mangrove dapat menjadi berbagai sumber daya bagi masyarakat pesisir pantai, yaitu sumber daya pangan dan sumber daya nonpangan. Sumber daya non-pangan merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan selain pangan, contohnya adalah kayu mangrove sebagai bahan bakar. Sumber daya pangan merupakan sumber daya yang sepenuhnya dimanfaatkan sebagai kebutuhan pangan manusia. Sumber daya pangan yang dimanfaatkan masyarakat pada ekosistem mangrove berupa flora dan fauna. Salah satu hewan yang banyak ditangkap dan dimanfaatkan dari wilayah ekosistem mangrove untuk bahan konsumsi masyarakat adalah kepiting bakau (Scylla spp.). Kepiting bakau merupakan hewan invertebrata (tidak memiliki tulang belakang) dari filum Arthropoda kelas Crustacea yang memiliki habitat di pesisir pantai dengan dasar lumpur, terutama di wilayah ekosistem mangrove.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *