ALERT, SESAT PIKIR! SERING KAMU ALAMI (PART 2)

  • BIAS FRAMING

Apakah anda sering menyesali membeli barang yang telah dibeli? menyakini bahwa barang tersebut sudah memenuhi standar yang diperlukan, namun setelah dipakai dan dicoba barang tersebut tidak sesuai ekspetasi anda. Mungkin anda terjebak dalam sesat pikir Pembingkaian.

Ilustrasi (sumber dari freepik)

Sesat pikir pembingkaian atau bias framing merupakan suatu fenomena yang menyediakan suatu informasi atau peryataan yang sama namun disampaikan dengan format yang berbeda. Sesat pikir ini dapat mempengaruhi seseorang dalam konteks pengambilan keputusan. Pembingkaian banyak digunakan dalam perdagangan. Sebagai contoh, ketika anda mempertimbangkan untuk membeli rumah bekas, mungkin anda diarahkan untuk hanya fokus pada beberapa kriteria, entah itu melalui kata-kata seorang agen properti. Misalnya karena informasi yang ditunjukan untuk rumah bekas tersebut sudah memenuhi kriteria anda yang mempunyai fasilitas kolom renang, lift, fitur smart house, kamar yang luas. Lalu, anda tidak memperhatikan akses jalan, biaya maintenance rutin yang perlu dikeluarkan untuk keperluan rumah per bulannya. Contoh lainnya, bayangkan ketika anda membeli roti dimana opsi pertama 5% mengandung gluten, sedangkan opsi kedua 95% bebas gluten. Yang mana anda pilih? Hasilnya mayoritas orang akan memilih opsi kedua, walaupun secara teknis keduanya mempunyai komposisi yang sama.

Hal penting yang perlu anda lakukan untuk menghindari sesat pikir ini. Cobahlah untuk tidak terburu-buru terutama dalam membeli barang, sadarilah bahwasannya apa pun yang anda komunikasikan atau orang lain komunikasikan mengandung beberapa elemen pembingkaian. Oleh karena itu, perlunya untuk melihat dari sudut pandang yang tidak tersampaikan.

  • BIAS PERENCANAAN

Seberapa seringkah anda menyelesaikan daftar tugas yang telah anda susun? Jika anda seperti kebanyakan orang, mungkin tidak semua dari daftar tugas tersebut dapat terselesaikan. Bahkan daftar tersebut hanya menjadi coretan semata. Jika ini sering terjadi kepada anda, mungkin anda sedang terjebak dalam sesat pikir perencanaan.

Ilustrasi (sumber dari freepik)

Sesat pikir perencanaan atau planning fallacy adalah kondisi dimana seseorang terlalu menilai tinggi kemampuannya untuk melakukan tugas. Hal ini diteliti oleh seorang ahli psikologi Kanada Roger Buehler, ia melakukan riset kepada mahasiswa dimana mereka diminta untuk menentukan tanggal penyerahan tugas thesis dengan opsi pertama adalah batas waktu yang realistis dan yang kedua adalah batas tenggang waktu dengan skenario terburuk. Hasilnya hanya 30% mahasiswa yang selesai sebelum batas waktu realitis. 50% dari mahasiswa membutuhkan waktu tambahan daripada yang direncanakan. Penelitian ini menunjukan bahwa kita cenderung menjadi pribadi yang berharap untuk berhasil dan meraih segalanya yang dikerjakan. Sehingga kita terlalu fokus pada target, namun mengabaikan pengaruh atau faktor luar yang menimbulkan hal tak terduga yang sering kali mengalahkan rencana kita.

Hal penting yang perlu anda lakukan untuk menghindari sesat pikir ini, cobalah untuk menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi ketika menentukan target dari rencana anda. hal ini akan menggambarkan kepada anda bagaimana kemungkinan situasi ini akan terjadi pada akhirnya.

  • TAKUT MENYESAL

Kenapa kesempatan terakhir membuat kita menjadi panik? Jika anda termasuk orang yang spontanitas membeli suatu barang hanya karena stoknya terbatas yang menyebabkan anda takut tidak mendapatkan kesempatan barang tersebut atau anda sulit untuk melepas suatu barang karena mungkin suatu saat akan dibutuhkan. Nah, ini mungkin menununjukan bahwa anda sedang dalam sesat pikit takut menyesal.

Ilustrasi (sumber dari freepik)

Sesat pikir takut menyesal adalah tindakan irasional yang membuat kita sulit untuk melepaskan sesuatu karena merasa tidak nyaman jika tidak segera mendapatkan manfaat dari sesuatu tersebut. Hal ini dapat digambarkan seperti, ketika dua orang sebut saja Paul memiliki saham di perusahaan A. Selama setahun ia mempertimbangkan untuk menjual sahamnya dan membeli saham di perusahaan B. Namun, pada akhirnya ia tidak melakukannya. Sekarang dia tahu bahwa kalau saja dia melakukan itu, hartanya akan bertambah 1200 dolar. Orang kedua sebut saja george punya saham diperusahaan B, selama setahun dia menjual sahamnya dan membeli saham diperusahaan A. Kini dia juga tahu bahwa jika ia tetap setia dengan perusahaan B, hartanya pasti bertambah 1200 dolar. Manakah yang merasa lebih menyesal?

Ketika ditanyakan siapa yang merasa lebih sedih, 8% responden menjawab Paul, sedangkan 92% responden memilih George. Mengapa? Secara objektif, situasi keduanya sama. Baik Paul maupun George tidak beruntung, memilih saham yang salah, dan merugi dengan jumlah yang persis sama. Hanya yang membedakan, Paul sebelumnya sudah memiliki saham A, sedangkan George datang dan membeli saham di A. Paul bersifat pasif, George Aktif.

Hal penting yang perlu anda lakukan untuk menghindari sesat pikir ini, belilah barang/sesuatu berdasarkan kebutuhan jangan mundah teriming-iming dengan sesuatu yang sifatnya terbatas.

Jika anda tertarik dengan artikel ini, anda bisa membaca sesat pikir lainnya disini

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *