Menggunakan Slow Fashion untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan.

Menggunakan fast fashion menjadi isu lingkungan belakangan ini. Sebenarnya pergerakan sustainable fashion (slow fashion) sudah lama dilakukan di luar negeri sih, tapi akhirnya isu lingkungan juga diangkat oleh para CSO di Indonesia. Nah, kamu juga bisa ikut berkontribusi dalam pencegahan kerusakan lingkungan yang lebih parah, salah satunya dengan gerakan sustainable fashion atau slow fashion!

Did you know? Industri fast fashion bertanggung jawab terhadap sekitar 10% dari total emisi karbon di dunia, dan diperkirakan akan terus bertambah sampai 50% di tahun 2030 mendatang. Fast fashion itu sendiri adalah tren pakaian bergerak sangat cepat dan menimbulkan tingkat konsumerisme yang tinggi di kalangan masyarakat.

Masalahnya ada pada sifat konsumen, dengan pandangan lebih mudah membuang pakaian yang dianggap sudah tertinggal zaman. Hal ini justru berimbas pada penumpukan limbah tekstil yang diduga bisa mencapai 92 juta ton setiap tahunnya.

Sayangnya dari sekian banyak limbah tekstil tersebut, kurang dari 1% yang didaur ulang dan sisanya dibakar atau dibuang begitu saja ke pembuangan akhir. Belum lagi dengan isu-isu kemanusiaan seperti upah buruh dibawah standar dan eksploitasi anak

Terus apa hubungannya fast fashion dengan sustainable fashion sih? Berangkat dari kecemasan tadi, muncul gerakan sustainable fashion adalah, praktek dalam fashion yang mengedepankan nilai-nilai yang terlibat di dalamnya, terlebih isu lingkungan dan kemanusiaan.

Gerakan ini intinya berfokus pada menggunakan pakaian yang bisa digunakan dengan periode waktu tertentu.

Gerakan sustainable fashion ini dapat berjalan beriringan dengan slow fashion. Slow fashion adalah tren memproduksi pakaian dengan tujuan agar tahan lama dan bisa dipakai hingga kapanpun, biasanya sih produk slow fashion memiliki koleksi yang timeless!

Kalian tahu? Kalau ternyata beberapa brand lokal kita mengusung konsep sustainable fashion, dalam produk pakaiannya. Guna mengurangi limbah tekstil kamu bisa mulai dengan membeli pakaian dari brand mode sustainable.

Disini kamu bakal dinfoin beberapa brand sustainable lokal yang perlu dilirik lebih dan bisa jadi cocok untuk daily wear kamu. Berikut adalah beberapa produk lokal yang mengusung slow fashion atau sustainable fashion yang bisa jadi pilihan kamu.

1. Sejauh Mata Memandang Salah Satu Brand Slow Fashion

Sumber: Sejauh Mata Memandang

Yang pertama ada Sejauh Mata Memandang! Brand ini sudah ada sejak 2014. Founder-nya merupakan Chitra Subyakto. Brand satu ini memadukan tekstil tradisional dengan gaya kontemporer dan pastinya sustainable ya! Motif khas mereka terinspirasi dari keindahan alam di sekitar kita dan dibuat oleh pengrajin lokal yang tersebar di Jawa, Bali, dan Sumba.

Brand ini menunjukkan komitmen mereka terhadap konsep sustainable / slow fashion dengan memperhatikan penggunaan bahan, seperti katun, linen, tencel, dan tekstil daur ulang yang bersumber dari limbah sebelum dan sesudah konsumen. Oh ya! Brand ini juga animal-free loh.

2. Pijak Bumi

Sumber: Pijak Bumi

Berikutnya ada pijak bumi! Kalau tadi kita membahas pakaian, sekarang kita bergeser sedikit ya membahas footwear. Founder-nya bernama Rownland Asfales. Asfales memiliki ide untuk membuat sepatu trendy tapi dengan cara yang lebih bertanggung jawab.

Fokus utama Asfales ada pada pengurangan dampak yang berbahaya bagi pekerja dan lingkungan. Bukan hanya menggunakan tekstil daur ulang dalam pembuatan sepatunya, tetap Pijak Bumi bisa disebut sebgai sustainable / slow fashion karena menggunakan limbah sesudah konsumsi sebagai packaging-nya.

Hebatnya lagi karya mereka telah diakui oleh Good Design Indonesia (2017) dan The Emerging Designers Award di MICAM Milano, Italia (2020). Pijakbumi juga mewakili Indonesia dalam Accelerate 2030 di Jenewa, yaitu program terbesar di dunia yang mendukung wirausahawan dampak dari pasar negara berkembang untuk meningkatkan solusi untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.

3. Brand Slow Fashion Indonesia Sukkha Citta

Sumber: Sukkha Citta

Berikutnya ada Sukkha Citta! Founder dari brand ini bernama Denica Riadini-Flesch yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan pencemaran lingkungan saat mendirikan brandnya. Brand ini menanam kapas dan pewarnanya sendiri secara regenerative pada tahun 2020 sehingga memberikan dampak baru bagi petani lokal dan mengurangi kerusakan tanah.

Brand ini bekerja sama dengan petani lokal yang tersebar di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Pewarna yang dipakai brand ini bukan pewarna sintetis, melainkan pewarna yang diambil dari tanaman dan limbah pertanian. Bukan itu saja, brand ini tetap mengusung konsep sustainable / slow fashion sampai ke detail pakaianya.

Kancing yang ada pada pakaian brand ini dibuat dari limbah mutiara, kemudian sama seperti brand lainnya, packaging brand ini juga dibuat dari sisa potongan kain dengan ikatan rajutan tangan yang didaur ulang dari alat tenun mereka.

Foundernya sangat serius mengusung tema sustainable, karenanya brand ini menyediakan jasa free repair. Jadi kalau pakaian yang dibeli robek atau hal lainnya, kamu bisa mengirimkan langsung agar diperbaiki.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *