Mengenal Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling

Pemasaran/Marketing merupakan peran penting dari setiap bisnis yang dijalankan, suatu produk atau layanan bisa membuahkan hasil atau sales apa bila orang-orang tahu tentang produk, layanan atau brand itu sendiri dan tertarik untuk membelinya. Dalam upaya untuk mencapai tujuan ini, banyak perusahaan yang menerapkan berbagai strategi pemasaran. Dua strategi yang sering dipakai adalah “Hard SellingdanSoft Selling.” taukah kalian apa sebenarnya perbedaan antar keduanya, dan kapan sebaiknya menggunakan strategi ini? Di artikel ini kita akan membahas perbedaan mendasar antara keduanya di strategi pemasaran.

Promosi

sumber dari freepik

Hard Selling:

Hard Selling adalah pendekatan pemasaran yang fokus pada promosi dan penjualan produk atau layanan dengan cara langsung dan agresif. Biasanya langsung menekankan fitur, manfaat, dan harga produk itu sendiri. Dengan adanya tawaran-tawaran diskon atau penawaran khusus. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi pelanggan secepat mungkin melakukan pembelian.

Beberapa ciri khas dari Hard Selling adalah:

  • Penggunaan tekanan dalam iklan, seperti tawaran dengan waktu terbatas.
  • Fokus pada karakteristik produk, termasuk spesifikasinya
  • Tujuan utamanya adalah menghasilkan penjualan secepat mungkin.

Hard Selling sering digunakan dalam industri seperti otomotif, elektronik, dan ritel. Perusahaan biasanya memanfaatkan iklan langsung, atau strategi “call to action” yang meminta pelanggan untuk segera melakukan tindakan yaitu membelinya.

Soft Selling:

Di sisi lain, Soft Selling adalah pendekatan yang sifatnya lebih perlahan biasanya berfokus untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Strategi ini menekankan pada nilai produk atau layanan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, seperti memberikan informasi dan solusi serta menciptakan rasa percaya diri dan loyalitas.

Ciri khas dari Soft Selling adalah:

  • Berfokus pada manfaat dan nilai jangka panjang produk.
  • Membuat konten yang relevan dengan customer
  • Membangun hubungan dengan pelanggan melalui pendekatan yang lebih santai.

Soft Selling sering digunakan dalam industri jasa, seperti konsultasi, pendidikan, dan layanan kesehatan. Perusahaan menggunakan pendekatan ini untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang kebutuhan pelanggan dan memberikan solusi yang relevan.

Kapan Menggunakan Hard Selling dan Soft Selling?

Untuk strategi marketing ini sangat tergantung kepada produk atau layanan yang kalian tawarkan, juga target audiens dan tujuan pemasaran itu sendiri misalnya adalah:

  1. Tipe Produk atau Layanan: Produk yang biasanya dibeli secara impulsif lebih cocok dengan Hard Selling. sedangkan untuk produk yang membutuhkan penjelasan lebih dalam oleh pelanggan biasanya lebih berhasil dengan pendekatan Soft Selling.
  2. Audiens Target: Kita harus mengetahui siapa target audiens kita agar bisa menentukan strategi marketing mana yang cocok untuk audiencenya
  3. Tujuannya : Jika tujuan utama kalian adalah meningkatkan penjualan secepat mungkin kalian bisa menggunakan Hard selling Tapi jika tujuannya adalah membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan membuat mereka setia dengan brand kalian, maka pilihlah strategi Soft Selling.

Saat merencanakan strategi pemasaran, penting untuk memahami perbedaan antara Hard Selling dan Soft Selling. Keduanya memiliki manfaatnya sendiri tergantung pada situasi dan tujuan kalian. Tapi kalian juga bisa menggunakan dan menggabungkan dua strategi ini.

Seiring dengan berkembangnya dunia digital, dan juga tren yang berubah-ubah menggunakan kedua strategi ini dengan bijak bisa menjadi salah satu kunci untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemasaran brand/produk kalian.

baca juga berbagai artikel menarik lain disini yaa

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *