Setiap kali melihat video keindahan surga bawah laut, rasanya selalu pengen ikutan nyelam. Demi mewujudkan impian untuk berenang bersama paus dan hiu, saya harus memiliki sertifikat lisensi scuba dari salah satu kursus scuba diving di Jakarta.
Beberapa teman yang sudah mencicipi scuba diving, rata-rata jadi kecanduan dan berusaha menularkan hobi barunya. Atas rekomendasi sahabat yang juga merupakan instructor, saya akhirnya belajar di Scuba HQ berlisensi PADI untuk kelas pemula Open Water (OW).
Berbeda dengan snorkling yang bisa dilakukan secara bebas, jika ingin melakukan olahraga scuba diving, kamu harus memiliki sertifikat sebagai “kartu izin menyelam”. Diving should be fun! Pastinya dengan keselamatan yang terjamin, bikin kegiatan menyelam jadi makin menyenangkan.
My First Scuba Diving Experience!
Hari pertama adalah harinya teori, karena sudah belajar Freediving, beberapa istilah seperti “buoyancy”, “equalize”, alat, dan kedalaman juga resiko jadi tidak asing. Namun ternyata saya balik belajar fisika zaman sekolah dulu, untuk mengukur berapa lama kita boleh melakukan diving.
Hari kedua, adalah kali pertama saya bernapas di bawah air menggunakan tabung scuba! Tapi masih di kolam renang, tepatnya di kolam sepolwan lebak bulus. Pembelajaran dimulai dari mempersiapkan gear dan memakai gear di dalam air.
Karena kebiasaan bernafas menggunakan hidung, agak aneh rasanya untuk harus bernapas dengan mulut. Bernapas dengan tabung scuba, memiliki sensasi dingin dan membuat tenggorokan menjadi kering. Gak heran sebelum diving, dianjurkan untuk banyak minum air.
Saya juga belajar bagaimana melepas dan membersihkan masker dalam air, equalize sampai kedalaman 3,5 meter, dan menjaga “buoyancy” atau dikenal dengan daya apung. Sama seperti Freedive dan memanjat gunung, Never Dive Alone, harus selalu ada buddy.
Finally, The Open Water!
Akhirnya praktek beneran di laut, di Pulau Pramuka, salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Setelah review teori dan mempersiapkan gear, mulailah turun dan bernapas menggunakan mulut.
Berada di bawah laut memberikan rasa tenang, yang terdengar hanya suara napas sendiri dan suara laut. Ketimbang Freediving, scuba diving terasa lebih santai karena bisa sambil bernapas. Saya sangat suka dengan sensasi weightless (tanpa gravitasi), rasanya seperti jadi astronot tapi dalam air 😂.
Laut dan segala isinya sangat menakjubkan, dari penyu yang besarnya hampir sebadan saya, ikan berwarna neon yang bergerak melesat seperti glow stick di pesta, dan schooling fish atau sekumpulan ikan yang melawan arus.
Rejeki Anak Soleh
Di hari kedua, ketika sudah berada di tengah laut dan bersiap dive, tiba-tiba datang hujan dan petir. Suara petir terdengar sangat dekat, saya jadi sedikit merasa takut dan khawatir arus akan menjadi kencang. Setelah menunggu 40 menit hujan pun berhenti, dan akhirnya mulai dive ketiga.
Arus menyeret jauh tanpa tanpa kita sadari, begitu juga keasikan melihat seluruh ikan keluar berkeliaran menikmati arus yang cukup kencang. Di antara pesta bawah laut, saya bertemu dengan 2 penyu dan 3 ikan Green Bumphead besar. Menurut instructor, ini merupakan pengalaman yang cukup langka!
1 dive kemudian, yang memakan waktu kurang lebih 45 menit – Maya Mauren berhasil certified PADI Open Water Diver!
Saya tidak sabar untuk segera menjelajahi lautan di Indonesia, menikmati betapa indah dan kayanya negri di antara Coral Triangle. Kalau kamu tertarik untuk menikmati surga bawah laut, tempat kursus scuba diving di Jakarta ScubaHQ bisa jadi pilihan.
Tertarik cobain olahraga ekstrim lainnya? Kamu bisa kulik tempat surfing yang asik di Cimaja, baca di sini ya 😉
@mayamauren – The girl who’s hoping to see something new every time she dives.