Fotografi, Bolehkah Diedit?

Banyak yang beranggapan edit foto bukanlah fotografi. Biasanya anggapan ini diutarakan oleh orang-orang yang baru belajar atau awam dalam hal fotografi. Jadi, apakah sebenarnya fotografi itu boleh diedit? Mari kita bahas bersama.

Entah darimana datang nya anggapan ini, tapi banyak orang yang menganggap melakukan editing foto sebagai kecurangan. Salah satu argumen yang biasa muncul adalah “Zaman kamera analog mana ada edit foto?”. Tanpa mereka ketahui bahwa proses pencucian film di dark room adalah proses editing juga yang akhirnya berkembang di dunia digital dengan tools yang dikembangkan oleh perusahaan Adobe dan diberi nama Adobe Lightroom. Sama dengan Adobe Lightroom, darkroom juga menjalankan proses adjustment terhadap hasil foto walaupun dengan proses yang lebih kompleks.

Adobe Lightroom (sumber: lightroom.adobe.com)
Darkroom (sumber: id.pinterest.com)

Lalu, apa pendapat fotografer profesional tentang anggapan ini. Salah satu fotografer profesional Indonesia pernah bilang bahwa “Tentang editing foto di dunia fotografi bukanlah suatu hal yang tabu, malah sah dan wajar saja, bahkan fotografer profesional sekalipun akan mengedit fotonya terlebih dahulu sebelum fotonya siap disajikan.” Dikutip dari artikel Kompasiana, Desember 2015. Darwis Triadi, salah satu fotografer legendaris Indonesia juga memiliki kelas khusus Adobe Photoshop di sekolah yang beliau dirikan yaitu Darwis Triadi School of Photography. Ini membuktikan bahwa banyak fotografer profesional yang tidak melarang untuk mengedit foto.

Arbain Rambey (sumber: darwistriadischoolofphotography.com)
Darwis Triadi (sumber: tokoh.id)

Walaupun banyak profesional yang membolehkan editing foto, tentu tetap ada batasan dalam mengedit foto. Contohnya pada konteks fotografi jurnalisme, dimana sebuah gambar bisa mempengaruhi persepsi orang banyak, maka pengurangan atau penambahan objek pada foto bisa mengubah informasi yang ditangkap dari foto tersebut. Diluar penambahan atau pengurangan objek, masalah color grading, shadow level, highlight level, dan sebagai nya kembali kepada selera fotografer yang bersangkutan.

Lain hal nya dengan commercial photography seperti product photography, wedding photography, dan beauty photography. Tujuan utamanya adalah menghasilkan foto yang menggambarkan produk atau model semaksimal mungkin. Selama tidak merubah produk atau model terlalu jauh dari hasil nya, apapun dianggap sah. Mari lihat foto dibawah, kira-kira mana yang lebih menarik?

Perbandingan photo yang diedit (kanan) vs tidak diedit (kiri) (sumber: canon-europe.com)

Tentu foto di sebelah kanan terlihat lebih menarik. Dalam prakteknya menambah atau mengurangi objek pada gambar tidak lagi disebut fotografi melainkan digital imaging/photo manipulation.

Lalu, sejauh apa editing boleh dilakukan? Menurut penulis, semua fitur edit di dalam Adobe Lightroom mulai dari basic adjustment, tone curve, color grading, dan seterusnya masih sah untuk disebut karya fotografi. Saat sebeuah foto ditambahi objek baru atau dihilangkan objek yang sudah ada maka editing tersebut sudah memasuki ranah digital imaging/photo manipulation.

Sebelum dan sesudah diedit (sumber: travelanddestinations.com)

Kesimpulan nya, mengedit foto sebenarnya sah-sah saja. Tergantung dari maksud dan tujuan dari foto tersebut. Fotografer profesionalpun melakukan editing demi memberikan foto dengan kualitas terbaik dengan photo manipulation. Di sisi lain, jika tujuan foto tersebut adalah liputan sebuah kejadian, sebaiknya tidak menambahkan atau mengurangi objek dalam foto demi keutuhan informasi yang diberikan.

Punya pendapat lain? Mari diskusi!

3 thoughts on “Fotografi, Bolehkah Diedit?”

  1. 30 ribu tahun lagi, arkeolog bingung gak yah liat tengkorak kita kok beda sama foto yg di instagram. Karena kebanyakan di edit..

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *