Fast Fashion dan Dampaknya Terhadap Lingkungan

Sebelum membaca artikel ini, apakah sebelumnya kalian pernah mendengar atau mengenal istilah “Fast Fashion”? Jika belum yuk baca terlebih dahulu artikel kami sebelumnya, “Fast Fashion vs Slow Fashion, Manakah yang Lebih Baik?”. Pada artikel ini kita akan membahas apa saja dampaknya dari Fast Fashion terhadap lingkungan? ciri-cirinya apa saja? yuk simak penjelasannya berikut ini!

Dampak Fast Fashion

fast fashion

Photo by Markus Spiske via Pexels.com

Industri ini tentunya memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan, bahkan manusia sendiri. Apa saja dampaknya?

  1. Air

Di antara dampak lingkungan dari fast fashion adalah menipisnya sumber tak terbarukan, emisi gas rumah kaca dan penggunaan air dan energi dalam jumlah besar. Industri fesye adalah industri konsumen air terbesar kedua, membutuhkan sekitar 700 galon untuk memproduksi satu kemeja katun dan 2.000 galon air untuk memproduksi celana jeans. Pencelupan tekstil adalah pencemar air terbesar kedua di dunia, karena air sisa dari proses pencelupan sering dibuang ke parit, sungai atau sungai.

Sumber : earth.org

  1. Mikroplastik

Selain itu, brand menggunakan serat sintetis seperti poliester, nilon, dan akrilik yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Laporan tahun 2017 dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan bahwa 35% dari semua mikroplastik – potongan kecil plastik yang tidak dapat terurai – di lautan berasal dari pencucian tekstil sintetis seperti poliester.

  1. Energi

Produksi pembuatan serat plastik menjadi tekstil adalah proses intensif energi yang membutuhkan minyak bumi dalam jumlah besar dan melepaskan partikel yang mudah menguap dan asam seperti hidrogen klorida. Selain itu, kapas yang banyak menjadi salah satu bahan industri ini juga tidak ramah lingkungan untuk diproduksi. Pestisida yang dianggap perlu untuk pertumbuhan kapas menimbulkan risiko kesehatan bagi petani.

Untuk mengatasi limbah yang disebabkan oleh mode cepat ini, kain yang lebih berkelanjutan yang dapat digunakan dalam pakaian termasuk sutra liar, katun organik, linen, rami, dan lyocell.

Secara global, kita sekarang mengonsumsi sekitar 80 miliar potong pakaian baru setiap tahun—400% lebih banyak daripada yang kita konsumsi dua dekade lalu. Paradoksnya, semakin kita suka membeli pakaian, semakin kita tampaknya suka tidak memakainya atau membuangnya. 

Sumber : sustainability.uq.edu.au/

Ciri- Ciri Fast Fashion

Berikut 4 ciri-ciri yang dapat mempermudah kalian mengenali sebuah produk fast fashion:

  1. Memiliki banyak model dan selalu mengikuti trend terbaru.
  2. Model fesyen selalu berganti dalam waktu yang sangat singkat.
  3. Diproduksi pada negara Asia dan negara berkembang, dimana pekerja digaji dengan sangat murah tanpa ada jaminan keselamatan kerja dan upah yang layak, salah satunya di Indonesia.
  4. Menggunakan bahan baku yang tidak berkualitas (murah) dan tidak tahan lama.

Demikian beberapa penjelasan dampak yang ditimbulkan oleh Fast Fashion. Apakah kalian masih mau menggunakan produknya?

Related Post : Fast Fashion vs Slow Fashion, Manakah yang Lebih Baik?

2 thoughts on “Fast Fashion dan Dampaknya Terhadap Lingkungan”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *